2 April 2012

Banyak Bertanya Bukan Kritis

Ibnu Rusyd*

Dari Mughirah bin Syu’bah Ra beliau berkata: Aku mendengar Nabi Saw bersabda; Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiga perkara pada kalian yaitu; 1) Banyak bicara ( yang tidak bermanfaat ), 2) Menghambur-hamburkan harta, dan 3) Banyak bertanya. ( HR. Bukhari dan Muslim )

Dalam hadits lain ditegaskan; Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena mereka banyak bertanya dan membantah nabi-nabi mereka.       ( HR. Bukhari dan Muslim )

Pelajaran yang bisa diambil dari hadits Rasul Saw diatas, terutama tentang bagian banyak bertanya adalah sebagai berikut. Ketika seorang manusia mengaku sebagai seorang muslim, atau dia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sudah semestinyalah dia menerima dengan penuh ketaatan kepada perintah dan segala hal yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang dilakukan oleh generasi awal Islam yang hidup bersama Rasulullah Saw. Dikarenakan mereka beriman seutuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka selalu menaati perintah Rasul Saw. Dan tidak ada satupun perintah Allah dan Rasul-Nya, melainkan demi kebaikan umat manusia.

Kemudian, sebagaimana yang disebutkan oleh hadits yang kedua bahwa, kehancuran yang menimpa umat-umat sebelum umat Islam adalah karena mereka banyak bertanya dan membantah nabi-nabi mereka. Ya, setiap datang perintah dari Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, mereka menanggapinya dengan banyak bertanya, yang sebenarnya bukanlah pertanyaan yang perlu. Dan pertanyaan mereka, pada ujungnya hanya membawa mereka pada sikap membantah perintah Allah dan Rasul-Nya, alias tidak melaksanakannya.

Sebagaimana tersebut diatas, banyak bertanya yang dimaksud adalah, banyak menanyakan sesuatu yang tidak penting. Pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya tak perlu ditanyakan. Yang nantinya hanya akan menyulitkan diri mereka sendiri. Ini sama sekali bukan sikap yang baik.

Yang menjadi maksud hadits diatas adalah, ketika datang perintah dari Allah dan Rasul-Nya, maka, didasari kepada iman kepada Allah dan Rasul-Nya, kita menerimanya. Ketika perintah itu datang, maka kita memperhatikannya dengan seksama dengan tujuan menaatinya. Inilah yang dimaksud dengan perkataan سمعنا و اطعنا  ( kami mendengar dan kami taat ). Dalam kata lain, ketika datang perintah Allah dan Rasul-Nya, maka kita menyimaknya dan memperhatikannya, dan menaati perintah itu. Bukan hanya sekadar mendengar, lalu berlalu begitu saja, tanpa berujung ketaatan. Hal yang biasa terjadi pada umat yang banyak bertanya hal-hal yang tidak perlu adalah, karena mereka tak menyimak apa yang diperintah kepada mereka. Kemudian karena kebodohan mereka, ditambah kesombongan mereka, kemudian mereka pun tidak menaati perintah tersebut.

Namun ini bukanlah berarti dilarang bersikap kritis. Dalam hal ini perlu dikoreksi pengertian kritis. Sifat kritis itu bukan hanya sekadar banyak bertanya. Ini bukanlah kritis. Kritis itu adalah sifat meneliti dengan seksama, mencoba memahami sedalam-dalamnya terhadap suatu hal. Namun caranya bukan banyak berkata-kata, bertanya-tanya. Bertanya dilakukan pada tempatnya. Setelah buntu dalam memahami, dan setelah tidak ditemukan lagi jawaban-jawaban yang lengkap.

Di sini perlu diingat bahwa, ketika menghadapi urusan-urusan agama, bahkan dalam semua urusan. Janganlah mengedepankan hawa nafsu. Jangan memperturutkan kemauan sendiri, yang ujungnya hanya akan membawa kepada kehancuran. Hal itulah yang dilakukan umat-umat terdahulu ketika mereka tidak mau menaati Rasul mereka, dikarenakan mereka selalu memperturutkan hawa nafsunya, dan enggan untuk patuh kepada Allah dan Rasul-Nya.

*Mahasiswa Ilmu Agama Islam 2010, Universitas Negeri Jakarta.

0 komentar: