--Tahun 2010
Suasana kampus bagi mahasiswa baru
Tak hanya aku begitu juga yang lain dariku
Latar belakang yang berbeda sungguh seperti Jogja –Istimewa
Menuntut ilmu di kampus ibu kota – Jakarta
Mungkin aku salah satu dari ribuan
mahasiswa yang jumpa keglobalan
Suka mencari
informasi, ilmu pengetahuan dan jaringan sebagai jalan
Tak jarang
berdialog, debat di forum diskusi yang ku jajal
Di kampus jumpa bapak/ibu dosen hal ini sering berujung Tanya
Pulang jumpa kawan, baca buku itu pencerhnya
Lain halnya dengan teman selainku, mereka ngaji dan
berorganisasi
Sempat terpikir olehku jadi aktivis, tapi aku mengurungkan
diri
Waktu itu yang aku pertimbangkan,
aku ini tak ingin jadi polotisi atau tukang aksi
Tapi
aku ini inginmen jadi intelktual, cendekiawan yang pun a ide dan kreasi
Maka
setelah itu aku pun lebih sering bergelut dengan ide-ide
Membaca
buku para tokoh yang memiliki macam-macam “isme”
Dari petualangan panjang musik yang cocok di telinga pun datang
Ini bukan masalah kita namun ini tentang bangsa yang semoga
terkenang
“Ahmad Wahib” sang pemilik ide yang meninggal di kala muda
Lewat catatan hariannya menggolakan jiwa aku mengenal dia
Inilah malam puncak Sayembara Ahmad
Wahib juga musik penghiburnya
Hampir
semua musik dan lagu menginspirasiku tapi ada satu yang cukup mengena
Mendai
Indonesia itu Judulnya mahakarya efek rumah kaca itu, membuat pilu
Ini
lirik favoritku “ada yang tumbuh iri dengkimu, cinta pergi kemana?” itu
Lagu ini sering ku dengar di HP dan Laptopku semacam itu
Tak jarang aku purat di internet dengan semau ku
Kesibukan ku masih seperti biasa selalu bermimpi untuk
menjadi besar
Lagi pula teman-teman ku sudah mafhum dan tahu benar
Lewat internet aku aku berdiskusi
dan menumpahkan keisengan, dan ku kenal dia
Seseorang
yang ku kenal tanpa sengaja, ada satu kata yang membuatku tak lupa
Informasi
tentangnya hilang sirna bersama laptop yang rusak dan padam
Dan aku
tetap bersama seperti biasa, berdiskusi dengan tokoh number one.
Di bulan juni, aku jumpa dengan dia luar biasa orangnya bercerita
soal agama dan asmara
Mungkin karena aku sudah peristiwa di ceritannya jadi aku
paham benar tentangnya
Pengalamannya terkadang ada yang menjadi tawa dalam hati,
untuk menjaga hatinya
Jika aku mau menanggapi lebih jauh mingkin, nanti menjadi
kuliah akhirnya
Pikiran ku tetap satu lebih baik
dia menemukan Islam dan cinta dalam kehidupannya
Bisa
melalu bacaan, tulisan bahkan petualangan, aku yakin ketika melihatnya
Cerita
ini belum usai seperti halnya para
petani yang menanam padi
Lalu pulang
dan jalan di pematang sawah yang kadang mudah lalu membebani.
Darimu aku jadi tau dan paham mungkin memang hal yang
seperti itu tidak hanya ada di Jakarta saja,
sudah saatnya, aku dan kawan-kawan lainnya menjelaskan Islam Jalan
Tengah, Islam Moderat, Islam yang lemah lembut.
Sampai jumpa kembali, []
Puisi Bulan Juni