9 September 2013

Oleh: Soleman Siregar  
Begitu berat terasa program belajar yang dilaksanakan oleh murid-murid (santri dan mahasiswa) Pondok Pesantren Sulaimaniyah. Dari pagi hingga malam, mereka terus belajar dan melaksanakan program di ponpes ini dengan penuh disiplin diri. Muka-muka ngantuk, susah melek, mengisi hari-hari mereka dalam proses menimba ilmu agama. Sebuah perjuangan hidup yang menyulitkan untuk di atasi. Berikut ini adalah sebuah tulisan dalam rangka mencoba untuk memotivasi mereka agar terus bersemangat dalam belajar dan menimba ilmu agama.
Jika diamati, dapat dikatakan bahwa kelelahan belajar adalah sebuah syarat dari tercapainya pengalaman spiritual. Sebuah contoh diperlihatkan dari pengalaman Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau ketika menerima wahyu dari Allah SWT adalah pada saat beliau sedang berkontemplasi (merenung/berfikir panjang). Sebuah kondisi diri yang tentunya sangat melelahkan  bagi Rasulullah.

Perenungan mendalam itu dilakukan oleh Rasulullah itu disebabkan oleh keadaan bangsa Arab yang sangat buruk, seperti adanya tradisi menyembah berhala, tardisi tribalisme, fanatisme kesukuan, dan lain-lain. Keadaan bangsa Arab yang demikian, membuat Rasulullah berfikir panjang tentang bagaimana menciptakan tradisi yang lebih baik dan bermoral pada bangsa Arab.
Sebuah niat baik yang tulus dari Rasulullah itu, membuatnya berfikir panjang dan merenung sampai batas maksimal, sampai kemudian wahyu Allah turun kepadanya, yang membuat Rasul mempunyai ide-ide cemerlang. Artinya, wahyu Allah (ilham) itu turun pada seseorang tidak dalam keadaan sembarangan, melainkan pada keadaan-keadaan tertentu dan salah satunya adalah pada saat seseorang sedang melakukan perenungan mendalam.
Wahyu Allah (ilham) adalah sebuah ide atau pikiran yang sifatnya abstrak dan hanya dapat dicerna atau dibaca oleh orang-orang tertentu melalui keadaan elitis atau kondisi ekstase. Untuk mendapat pengalaman ini salah satunya adalah dengan cara belajar sungguh-sungguh, merenung, dan berfikir, sehingga ilham atau ide-ide cemerlang dapat turun pada pikiran kita.
Pikiran atau akal manusia adalah salah satu anugerah yang “unik” dari Allah. Dengan akal pikiran itu, telah membuat manusia berbeda dari sekian makhluk hidup lainnya. Sehingga, dari akal pikiran terlahirlah ide-ide cemerlang atau gagasan-gagasan maju dari manusia. Salah satu cara untuk mendapat gagasan, pikiran, atau ide-ide tersebut adalah dengan mensucikan diri.
Pada dasarnya, ilham itu suci dan abstrak, karena ia berasal dari sesuatu yang tidak diketahui di antara sesuatu yang paling tidak diketahui dan berasal dari sesuatu yang suci di antara sesuatu yang paling suci. (al-ghayb al-aqdas). Karena ilham (akal-pikiran) itu berasal dari sesuatu yang suci, maka bagi yang ingin memperoleh atau menciptakan suatu gagasan yang baik dan maju melalui akal tersebut, ia harus berada pada kondisi bersih atau suci pula.

Paralelisme antara ilham (akal-pikiran) yang abstrak itu dengan pra syarat kesucian diri untuk mendapatkan ide-ide cemerlang dari akal-pikiran tersebut, membuat orang terus berfikir, berkontemplasi, dan belajar sungguh-sungguh. Dengan demikian, kelelahan dalam belajar harus disikapi sebagai proses menuju kondisi ekstase atau proses menuju pengalaman spiritual seperti pada pengalaman Nabi Muhammad ketika beliau mendapatkan wahyu di gua hiro.

0 komentar: