2 April 2012

Beginilah Kelakuan Mahasiswa Sekarang

Ibnu Rusyd*

Beginilah kelakuan mahasiswa-mahasiswi di Universitas Negeri Jakarta. Hampir setiap hari selalu begini. Bermaksud untuk menyeberang jalan, padahal sudah ada jembatan penyeberangan, namun tetap nekat nyeberang lewat bawah. Foto-foto ini kami ambil dari atas jembatan penyeberangan tersebut, yang menempel dengan halte busway UNJ. Mungkin dalam pandangan sebagian (banyak atau sedikit, tak taulah) mahasiswa-mahasiswi tersebut dengan menyeberang lewat bawah, alias tanpa lewat jembatan dulu, lebih cepat dan efisien. Padahal bahaya yang mengintai dan keselamatan para penyeberang liar itu jauh lebih penting untuk diperhatikan dan didahulukan. Bukan hanya itu, sebagaimana yang kami ambil dalam gambar, jalan raya alias protokol Pemuda itu. ditengah-tengahnya ada jalur busway. Coba bayangkan, dengan terburu-buru menyeberang untuk menghindari mobil, malah “bertatap muka” dengan busway yang melaju kencang. Sungguh murah harga nyawa dan keselamatan.

Mungkin bukan masalah besar kalau pelakunya itu orang umum alias awam. Toh cara berpikir kalangan yang satu ini jauh lebih pendek. Tapi, ini mahasiswa. Calon-calon sarjana, malahan calon-calon guru (ingat UNJ, dulunya IKIP kampus pencetak guru). Bukankah mahasiswa seharusnya punya pikiran yang logis dan lurus. Resiko menyeberang lewat bawah jembatan itu bahaya sekali. Sekali kehilangan nyawa maka tak bisa dapat lagi, walau dicari di mal sekalipun. Lagipula, ada peraturan lalu lintas yang harus benar-benar dipatuhi. Dibuatkan jembatan ya untuk digunakan menyeberang, tidak ada zebracross ya jangan menyeberang. Beginilah para calon sarjana dan guru-guru kita.

Kita hanya takut dan khawatir akan pepatah yang jadi kenyataan. Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Kalau-kalau benar mahasiswa-mahasiswi ini nanti jadi guru (ya, memang itukan tujuan masuk UNJ), dan kebiasaan buruk ini masih lestari, bayangkan apa yang akan terjadi dengan murid-muridnya. Mungkin murid-muridnya akan menyeberang lewat bawah jembatan sambil tutup mata (ya janganlah).

So, mari sudahilah budaya ini. Ingat, budaya itu tercipta dari kebiasaan. Sebagian bangsa di dunia ini punya budaya yang buruk, karena mereka biasa melakukan itu. Sebagian lagi baik, karena memang itu kebiasaan mereka. Kalau bangsa kita apa? Bagaimana budaya kita, bagaimana kebiasaan kita. Elit penguasa sibuk dengan partainya, sibuk dengan kursinya. Datang ke tempat kerja, duduk dan berlagak mengurus rakyat, tapi lihat hasilnya, bagus tidak..?!!! Elit pengusaha sibuk mendatangkan barang  impor, petani dan pedagang dalam negeri kebakaran jenggot. Sekarang mahasiswa sebagai elit pendidikan tinggi malah ikut-ikutan buat kebiasaan buruk. Alangkah anehnya negeri ini. Padahal sudah digaji, masih juga korupsi. Padahal anak negeri, malah lebih memilih barang luar negeri. Padahal ada jembatan, tapi tetap nekat lewat jalanan.

*Mahasiswa Ilmu Agama Islam 2010, Universitas Negeri Jakarta.

0 komentar: