3 April 2012

Demonstrasi : Solusi ataui Polusi?

Adhitya Ramadhanto*
 
Turunkan BBM! Turunkan BBM ! Itulah kata yang selalu terdengar di setiap jutaan pasang telinga masyarakat Indonesia. Dengan menyerukan penolakan kenaikan BBM yang dicanangkan oleh pemerintah menimbulkan kontroversi di setiap elemen masyarakat. Ditambah lagi dengan kaum terpelajar yaitu mahasiswa mulai menampakan sikap penolakan terhadap kebijakan pemerintah. Dan akhirnya mencuatlah sikap menentang  kebijakan pemerintah dengan aksi demonstrasi dan orasi  di berbagai wilayah Nusantara dengan semboyan:  Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!

Mahasiswa sebagai agent of change yang membawa perubahan suatu bangsa menuju yang lebih baik adalah cita-cita bersama. Patut disadari dan dicermati terhadap sikap pemerintah dengan mengambil kebijakan kenaikan BBM apakah suatu langkah tepat atau justru menambah kesengsaraan rakyat? Sebuah pertanyaan yang harus direnungkan bersama baik pemerintah maupun semua elemen masyarakat. Dari dasar pertanyaan di atas mahasiswa berdiri di barisan paling depan dengan membawa misi perjuangan untuk ditegakannya keadilan dan kepentingan rakyat kecil. Namun sebuah konsep yang membawa nilai-nilai keadilan haruslah didampingi oleh tindakan yang berkeadilan pula, sebab suatu nilai yang baik harus ditempuh oleh cara yang baik pula.

27 Maret 2012 isu demo besar-besaran mahasiswa mencuat di kalangan mahasiswa. Banyak sms beredar di telepon genggam dengan ajakan turun aksi dalam demo besar-besaran tersebut. Ada sebagian mahasiswa yang  bersemangat dan ada pula yang biasa saja menanggapi sms tersebut. Namun itulah dinamika sosial yang terjadi di kampus, ada yang pro dan ada yang kontra. Tapi kita tidak perlu menyikapi dinamika tersebut, yang harus kita sikapi adalah peran mahasiswa dalam penyampaian aspirasi. Apakah tindakan mahasiswa memang benar-benar sesuai dengan undang-undang atau justru melanggar undang-undang?
Kalau kita cermati secara seksama fungsi demonstrasi banyak sisi manfaatnya. Selain daripada menyampaikan aspirasi rakyat, demonstrasi juga sekaligus mengingatkan pemimpin yang berbuat dzholim atau menyengsarakan rakyat. Kasus korupsi yang banyak terjadi di indonesia, kebijakan pemerintah yang menambah kesengsaraan rakyat, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Belum lagi baru saja kita lihat kemarin di televisi mengenai sidang paripurna di DPR sungguh malu dan geram melihat sikap wakil rakyat yang seperti kekanak-kanakan. Memang alangkah lucunya negeri ini, seperti judul di film bioskop 21 jika kita sadari seksama kasus diatas .

Kembali lagi ke topik awal berkaitan demonstrasi, demonstrasi solusi atau polusi sih ? kalau menurut hemat saya demonstrasi sama halnya dengan sebuah pisau. Bermanfaat dan merugikan, tidak lepas dengan si pemegang pisau, apakah dia seorang juru masak, atau justru seorang pembunuh? Demonstrasi bisa dikatakan solusi jika caranya baik, dan polusi jika cara penyampaianya buruk. Dikatakan baik jika tidak ada yang dirugikan, dan dikatakan buruk jika banyak yang dirugikan. Namun semua huruf yang menjadi kalimat diatas merupakan sebuah opini dari sang penulis yang hingga kini masih mengembara di negeri penuh misteri. Mungkin ada sebuah syair sebagai penutup tulisan sederhana ini.

Mau dibawa kemana Tinta merah darah para pejuang?
Mau dibawa kemana Teriakan seorang ibu yang terkulai lemas?
Mau dibawa kemana Hamparan emas penuh derita?
Dan Mau dibawa kemana negara ini ??

Jawabnya ada dihatimu wahai pejuang muda!!
Berjuanglah karena cinta, bersabarlah karena ikhlas, dan bersemangatlah karena impianmu
Dan haruslah semua itu karena Allah wahai pembawa perubahan!

*Mahasiswa Ilmu Agama Islam 2010, Universitas Negeri Jakarta.

0 komentar: